Optimalkah Penggunaan e-Ticket Transjakarta?
Demi mengoptimalkan pelayanan bus Transjakarta, Pemrov DKI meluncurkan sistem pembayaran elektronik (e-ticket) untuk bus khusus Jakarta ini. Ada 5 bank yang digandeng sebegai penyedia kartu debet yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA dan Bank DKI.
Perum Damri ditunjuk sebagai operator busway terhitung hingga awal tahun 2015. “Penerapan e-ticket dilakukan guna mendukung operasional busway dan pelayanan sistem pendukungnya termasuk feeder busway. Diharapkan masyarakat dapat melakukan transaksi lebih singkat, praktis dan mudah. Dalam peresmian e-ticket ini sekaligus diluncurkan 66 unit busway baru bermerek Zhong Tong serta integrasi Kopaja AC ke jalur busway,” urai Udar Pristono, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Nah, bagaimana dengan pengoperasiannya? Calon penumpang harus terlebih dahulu membeli kartu debet elektronik sebegai e-ticket yang tersedia di seluruh halte busway. Untuk harga dipatok Rp 50 ribu dengan nominal uang didalamnya sebesar Rp 50 ribu.
Sayangnya penjualan e-ticket dilakukan secara berurutan sesuai susunan bank peserta, sehingga pembeli tidak memilih bank tertentu sesuai keinginan.
Hal tersebut dikeluhkan oleh mayoritas calon pembeli e-ticket. Lantaran kalau dapat tiket yang mereka tidak punya rekening di situ akan menyulitkan saat ingin mengisi ulang. Alhasil banyak yang mengurungkan niatnya untuk membeli e-ticket.
“Saya ingin beli e-ticket yang sesuai dengan rekening tabungan Saya, sehingga memudahkan melakukan top up. Jika diurut seperti ini tentu sulit. Saya maunya beli e-ticket sesuai dengan kartu ATM Saya,” ujar Vera, Karyawati salah satu perusahaan swasta ketika ditemui di halte Sarinah.
Pemasaran e-ticket terlihat cukup gencar dengan menempatkan 2 hingga 3 orang tenaga sales di tiap halte yang dilengkapi dengan booth khusus. “Dalam sehari Saya bisa jual rata-rata 30 e-ticket. Namun jika jual di halte Blok M bisa mencapai 60 buah dalam satu shift (dari pagi hingga sore),” bilang salah satu sales yang ditemui di halte busway Kota.